mahu tahu?

ada suatu masa dulu, yang kita panggil anak-anak sekolah, aku punya teman-teman rapatku. terlalu kukuh persahabatan kita yang selalu ke mana saja, kita bersama.

pada suatu ketika di Indonesia, sebuah filem produksi kisah Ada Apa Dengan Cinta dimainkan di panggung, terus sampai ke Malaysia. filem produksinya bagus sekali tepat seperti kita di waktu persekolahan cuma bedanya tidak ada yang mahu bunuh diri atau kekasihnya pergi ke Amerika.

tetapi pergolakkan isu persaingan antara teman, cinta yang bisa dipanggil cinta monyet, keberantakkan antara anak-anak sekolah dan ya, yang pasti pencarian cinta antara cinta, teman dan keluarga, ya itu yang sama. aku bisa menghubungkaitkan apa yang telah terjadi antara kita sama sekali dengan yang kita nonton di tv itu.

terus, entriku yang kali ini, tujuannya mahu menjelaskan yang aku rindu sekali pada teman-teman sekolahan ku. kita sudah berjauhan. tidak seperti dulu lagi. segalanya beda. tiada lagi pergi sama-sama nonton, makan, minum atau gaul seperti dulu.

apa waktu persekolahan kita itu harus terus dilupakan?

adakah apa yang kita lalui sewaktu kita muda remaja itu cuma mainan?

aku akui yang aku juga sudah lupa pada janji kita sebelum meninggalkan sekolah tidak mahu terus berpisah atau melupakan kita semua. aku lupa, aku lalai. aku temui cinta, aku temui jalan yang aku bisa pilih, aku temui teman-teman baru dan aku lupa pada kita. bagaimana? kalian juga kan?

tapi aku tidak kecil hati. aku tidak marah kerana aku tidak bisa marah pada kalian. kerana aku rindu sekali pada kalian. kerana aku sayang sekali pada kalian. kalian tentu sudah lupa pada ikatan kukuh kita waktu sekolah dulu dan kalian pasti sudah mengorak langkah, meninggalkan apa yang dipanggil, ketidakmatangan sewaktu sekolah dulu tapi aku tetap rindu pada kalian.

tidak sama kan apa yang kita punya sekarang dengan apa yang kita punya dulu?

pasti ada yang bertanya, mengapa entri yang kali ini, penuh dengan bahasa dan bahasa Indonesia?

ingat suatu masa dulu, kita angan-angan, tulis puisi seperti penuh bahasa dan bahasa Indonesia. ini kan bahasa serumpun kita. jauh sudah aku menyimpang. dulu aku cinta sekali dengan puisi dan bahasa ku sendiri. aku tahu aku bagus dalam puisi bahasa aku sendiri dari bahasa jajahan. walaupun aku mengajar anak-anak bahasa jajahan itu, dalam hatiku, yang tidak akan pernah bisa terjual atau dibeli, bahasa kebangsaanku, bahasa serumpun kita.

dan yang paling utama kerana, persahabatan kita dulu, disamakan dengan mereka kan?

hey, lydia, atikah, yunn, bilot, azean, bihah, and bida, di mana kalian? my gang. aku kangen.

semoga yang baik-baik sahaja buat kalian ya?

Comments

  1. It may just be me, but doesn't it feel like Indonesian sounds way too nasally when read or spoken?

    Still,its great that you are embracing your serumpun spirit. Secara jujur, saya ingin lebih dapat membaca nukilan kamu dalam bahasa melayu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Leave your thoughts here:

Popular Posts